Tempati Posisi 5 Besar, PDB Pertanian RI Meningkat Tajam
By Abdi Satria
nusakini.com-Jakarta - Pemerintahan Jokowi – JK selama lima tahun terakhir telah menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu prioritas utama. Keseriusan pemerintah dalam menjalankan program dan kebijakan pertanian terbukti mampu mendongkrak dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia meningkat tajam dan menempati posisi ke-5 di dunia. Dalam kurun waktu 2013 – 2018, PDB pertanian naik dari Rp 994 triliun menjadi Rp 1.462 triliun,” jelas Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kuntoro Boga Andri, dalam keterangan pers, Jumat (10/5).
Tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat pertumbuhan PDB sektor pertanian pada kuartal-I 2019 positif dan mengalami peningkatan dengan kontribusi sebesar 1,81 persen. Pertumbuhan kuartal-I 2019 terhadap kuartal sebelumnya sebesar 14,10 persen. Berdasarkan data BPS, sektor pertanian tumbuh lebih besar dari sektor kehutanan dan perikanan. sektor pertanian tumbuh 19,67 persen, sektor kehutanan malah pertumbuhannya minus 10,58 dan sektor perikanan hanya bisa tumbuh 1,85 persen.
Selain tumbuh positif, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. “Pada tahun 2014, Sektor Pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) berkontribusi sekitar 13,14 persen terhadap ekonomi nasional dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 13,53 persen,” ungkap Boga.
Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB Pertanian Indonesia adalah peningkatan ekspor. Pada kurun waktu yang sama, peningkatan ekspor diperkirakan mencapai 9 – 10 juta ton. Jika pada tahun 2013 ekspor hanya mencapai 33 juta ton, maka pada tahun 2018 ekspor pertanian mencapai 42 juta ton.
Dari sisi nilai, ekspor juga meningkat pesat. Nilai ekspor tahun 2018 mencapai Rp 499,3 triliun, atau meningkat 29,7 persen dibandingkan tahun 2015. “Total nilai ekspor yang dihimpun selama kurun waktu 2015 – 2018 adalah Rp 1.764 triliun,” terang Boga.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Boga memaparkan neraca perdagangan hasil pertanian Indonesia pada 2018 mengalami surplus senilai $10 miliar atau setara Rp139,6 triliun. Nilai ekspor sebesar $29 miliar, sedangkan nilai impor hanya $19 miliar.
Sejak dipimpin Amran, Kementan telah menjalankan sejumlah terobosan agar ekspor pertanian semakin meningkat. Salah satunya, ekspor tidak lagi harus melewati negara transit, tapi langsung ke negara tujuan. Langkah ini diambil sehingga pemasukan negara lebih besar dan petani pun bisa langsung merasakan keuntungannya.
“Kementan meningkatkan diplomasi dengan sejumlah negara sehingga proses perizinan ekspor secara langsung bisa lebih dipermudah. Negosiasi menjadi tahapan penting karena kepentingan negeri ini harus bisa terpenuhi,” sebut Boga.
Salah satu bukti keberhasilan diplomasi adalah saat pemerintah China telah mengizinkan Indonesia untuk kembali mengekspor manggis. Sebelumnya, pemerintah China sempat mengeluarkan larangan manggis Indonesia untuk masuk negara mereka karena dianggap tidak memenuhi standar baku mutu. (p/ab)